Saya dengan Jaket Putih

Saya dengan Jaket Putih
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. (Sayidina Umar bin Khattab)

Rabu, 08 Agustus 2012

Pengalaman Rohani Bersama Omar Bin Khattab


REP | 07 August 2012 | 08:39 Dibaca: 453   Komentar: 5   4 dari 6 Kompasianer menilai inspiratif
“Jadi pengen segera naik haji gara-gara Omar bin Khattab”, itulah yang diinginkan si sulung Zaidan pada saat menonton episode Omar bin Khattab beberapa hari lalu. Saya merasakan kebanggaannya membuncah di dada hingga dia ingin segera naik haji. Merencanakan menyusuri jejak-jejak di mana Rasulullah dan para sahabat berjuang menegakkan kebenaran dan meruntuhkan kejahilan. Mengingat-ingat di mana Omar pernah berdiri, berbincang bersama para sahabat Rasulullah yang lain, merasakan sendiri aroma Mekah pada saat itu… hmmm.. indahnya..
Terima kasih banyak pada MNC Tv yang sudah menayangkan film ini sambil menemani sahur kami sekeluarga. Awalnya saya tidak tahu, di mana seperti biasa ibu-ibu selalu menanti sinetron yang mendayu-dayu, namun si sulung menghentikan keinginan itu. Dia bilang, “Ibu, ada film Omar bin Khattab yang isinya tentang sejarah Rasulullah”. Dan, ternyata saya menyesal hanya bisa memulainya di episode 11. Film ini begitu menawan. Menyuguhkan suasana Arab tempo doeloe yang mungkin saja mendekati settingan sesungguhnya, wallahualam.
Film ini memberikan pengalaman rohani yang tak terlupakan. Mungkin sebagai bentuk kehausan akan tontonan yang baik yang bisa dijadikan pelajaran sekaligus menggetarkan hati.
Rupanya, film Omar ini adalah film baru yang kemarin dikupas Republika. Film ini dibuat dengan menghabiskan dana sekitar 200 milyar rupiah. Syuting dilaksanakan di dua negara, Mesir dan Syriah dengan mendirikan dua komplek perumahan yang berisi ribuan rumah di atas tanah ribuan hektar. Menghadirkan sekitar 300 aktor dari 10 negara, dengan 30000 pemeran pembantu, dan dibantu sekitar 39 desainer tenar.
Menontonnya memberikan pengalaman tersendiri bagi  saya:
  • Sejauh ini, saya tidak sangat benar-benar memahami sejarah awal mulanya Islam sampai saya menonton film ini. Tidak berlebihan, namun memang media penyampaian berupa film lebih mudah dicerna oleh banyak orang. Dengan film, settingan Mekah dan sekitarnya yang dibuat dengan memperkirakan gaya kehidupan pada saat itu sudah menyeret para penontonnya terlarut pada suasana. Sambil membayangkan suasana gurun yang tandus, teriknya siang, dinginnya malam, dan urutan ceritanya membuat penonton seakan ada di sana. Tanpa harus dijelaskan, rentetan sejarah seolah nempel di kepala.

  • Saya jadi “ngeh”, bahwasanya urutan cerita dan tokohnya begitu menyatu. Omar bin Khattab yang dulunya sangat membenci Rasulullah akhirnya luluh setelah memarahi adiknya yang membaca Al Quran. Ternyata, Omar menemukan kebenaran dalam Al Quran setelah berusaha menyelami Thaha. Demikian juga dengan Khalid bin Walid, Abu Sufyan yang sangat jahatpun demikian. Luluh juga dengan kebenaran yang dibawa Rasulullah.

  • Film ini mengingatkan banyak orang bahwasanya Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Semua dakwah dijalani dengan damai. Islam menawarkan kebenaran dan mengingatkan bahwa akan ada balasan Allah jika kebenaran ini ditolak. Islam menawarkannya dengan kasih sayang. Islam memperlakukan tawanan dengan mulia, ini dilakukan sejak perang pertama kali terjadi. Sampai-sampai tawanannyapun terpesona oleh perlakuan Rasulullah kepada mereka bahkan melebihi perlakuan kepada umatnya sendiri. Bisa dilihat pada episode ketika tawanan diberikan roti sementara Bilal dan kawannya hanya diberikan kurma.

  • Dari awal, film ini tidak pernah sekalipun memperlihatkan gambaran Rasulullah secara fisik, begitupun dengan suaranya sehingga tidak memunculkan konflik seperti yang pernah terjadi pada beberapa kasus. Artinya, film ini walaupun entah dibuat oleh siapa, tetap menjunjung tinggi kemuliaan Rasullullah dengan tidak menganalogikannya dengan apapun. Pesan-pesan yang disampaikan Rasulullah dengan apik disampaikan ulang oleh Omar bin Khattab dan para sahabatnya.

  • Film ini secara emosi telah membawa kecintaan pada Rasulullah dan para sahabat yang sangat pemberani semakin menyala. Ada baiknya jika mengajak si kecil menontonnya, kita sambil jelaskan bagaimana sebaiknya emosi ini dibangun. Penjelasan yang tepat akan membuat anak-anak memahami bagaimana sebaiknya menghormati Rasulullah, para sahabatnya, dan umat Islam yang lain, termasuk mencontoh bagaimana Rasulullah menganjurkan hidup damai dengan orang lain yang tak seagama. Terutama sekali pada saat menjelaskan perang yang kerap terjadi. Kalau saja kita mengetahui sejarah secara utuh, tentu saja kita akan tahu mengapa perang-perang itu terjadi.

  • Pada beberapa episode yang lalu, diceritakan tentang kisah perang Uhud setelah kemenangan Badar. Di Uhud ini, kaum muslimin mengalami kekalahan karena tidak patuhnya pasukan pemanah pada perintah Rasulullah. Awalnya pasukan muslim menang karena penampilan pasukan pemanah yang kompak dan menawan di awal pertempuran. Lalu, ketika pasukan musuh mundur, pasukan pemanah malah sibuk mengumpulkan harta pampasan perang. Ketika tahu kondisi lengahnya kaum muslimin ini, pasukan kafir Mekah langsung kembali menggempur kaum muslimin yang tidak siap. Pada serangan ini, Hamzah, panglima perang pemberani gugur. Sungguh suatu kondisi yang membelajarkan kita bahwa kecintaan kita pada harta akan menjadikan kita lengah lalu kalah.

  • Pada episode pagi tadi, semua kaum muslimin berselimut duka karena wafatnya Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar